BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum membahas pemikiran para filosof zaman
dulu maka kita harus mengerti tentang pengertian filsafat dan filosof. Menurut
bahasa berasal dari philosophia yang artinya cinta kebijaksanaan, Filsafat
menurut istilah adalah sebuah pemikiran tentang mengenai masalah ketuhanan yang
meliputi keberadaannya, ciptaannya serta kekuasaannya. Sedangkan filosof adalah
orang yang berfilsafat. Dalam pemikirannya mereka lebih menonjolkan akal dan
kerasionalan tentang ketuhanan. Sehingga banyak diantara mereka ragu terhadap
tuhannya yang selama ini mereka sembah, golongan ini biasanya dianut oleh orang
yang ilmu syari’ahnya sangat kurang dan sebetulnya orangateis itu tidak
ada karena tidak percaya tuhan itu tidak mungkin, sebetulnya orang ateisitu
hanya belum merasakan keberadaan tuhan bahkan kehidupannya hanya ada dalam
pencarian tuhan yang hakiki. Dan dengan demikian ada yang mendapat
petunjuk dan ada juga yang tidak.
Salah satu tokoh filosofis terkenal adalah Awalnya, Thales adalah seorang pedagang, profesi yang
membuatnya sering melakukan perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang ke
Mesir dan Babilonia (pada maka pemerintahan Nebukadnesar), dalam waktu
senggangnya, Thalesmempelajari
astronomi dan geometri. Hal ini dipicu ketertarikannya bahwa dengan menggunakan
‘alat-alat’ tersebut, mereka dapat memprediksi gerhana matahari setiap
tahunnya.
Thales (624-546), orang Miletus itu, digelar
Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu
diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang
diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang: What is the nature of the world
stuff? (Mayer, 1950:18) Apa
sebenarnya bahan alam semesta ini? Tak pelak lagi, pertanyaan ini sangat
mendasar. Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini telah mengangkat
namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air . jawaban ini sebenarnya sangat
sederhana, dan belum tuntas. Belum tuntas karena apa air itu? Thales mengambil
air sebagai asal alam semesta barang kali ia melihatnya sebagai salah satu yang
amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di
atas air (Mayer, 1950:18). Lihatlah, jawabannya amat sederhana, pertanyaan jauh
lebih berbobot ketimbang jawabannya. Masih adakan orang yang beranggapan bahwa
bertanya itu tidak penting? Thales menjadi filosof karena ia bertanya.
Pertanyaan itu dijawabnya dengan menggunakan akal, bukan menggunaka agama atau
kepercayaan lainnya. Alasannya karena air sangat penting bagi kehidupan. Disini
akal mulai digunakan, lepas dari keyakinan.
Gambar Thales
Gambar Anaximandros
B. Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
biografi, Thales dan Anaximenes?
2.
Bagaimana
pemikir-pemikir para filosof yunani kuno?
3.
Jelaskan
pandangan tentang penciptaan alam semesta?
C. Tujuan
pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah adalah
mamberi pengetahuan tentang cara berfikir manusia dalam setiap permasalahan
yang menggunakan rasionalitas tentang keadaan sesuatu, agar sikap jiwa rasional
tertanam dalam diri kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filosof
Thales
Thales adalah seorang filsuf yang
mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales,
pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di
dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal
sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta
sophoi), yang olehAristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'.
Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab
Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti
tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan
melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa
Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya
alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).
1. Riwayat
hidup
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus
yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan
orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang
segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak
mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini. Thales
adalah seorang saudagar yang sering berlayar keMesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan
membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia
juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi
terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal
28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia
mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan diBabilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah
menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi
penasihat politik bagi dua belas kota Iona.
2. Pemikiran
a. Air
sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip
dasar (dalambahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi
pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya,
air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah
bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga
mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai
bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
b. Pandangan
tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di
jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi
juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.
Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena
mampu menggerakkan besi
c. Teorema
Thales
Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh
diameternya. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama
besar. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling
berlawanan akan sama. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah
sudut siku-siku. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta
sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Thales
mengemukakan proposisi yang dikenal dengan theorema Thales, yaitu:
1.
Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui
pusatnya yang disebut dengan diameter.
2.
Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kali
adalah sama besar.
3.
Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua
garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.
4.
Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang
terletak pada sisi itu dan sepasang sudut yang terletak dihadapan sisi itu sama
besarnya, maka kedua segitiga itu dikatakan sama sebangun.
5.
Segitiga dengan alas diketahui dan sudut
tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak kapal.
Tidak
ada catatan lebih jauh tentang prestasi Thales yang dapat disimak karena tidak
ada bukti-bukti akurat. Bukti dicoba dicari lewat catatan dari para muridnya
seperti: Aristoteles dan Eudemus dari Rhodes (± 320 SM), yang kurun waktunya
relatif terlalu lama. Catatan Eudemus menyebutkan bahwa Thales adalah orang
yang ‘mengubah geometri menjadi bentuk formal yang dapat dipelajari oleh semua
orang’ karena mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan melakukan investigasi
terhadap theorema-theorema dengan sudat pandang seorang intelektual. Thales
berbicara tentang garis, lingkaran dan bentuk-bentuk lainnya dengan cara
membayangkan (abstrak). Garis bukan hanya susutatu yang dapat digurat dan
dilihat di atas pasir, tapi merupakan obyek yang terpeta pada imajinasi kita.
Artinya secara abstrak bahwa suatu garis lurus atau lingkaran bulat berada
dalam mental kita.
Matematikawan
serba bisa
Aktivitas
Thales lebih dikenal – dari berbagai sumber terpisah, sebagai matematikawan
terapan. Mengukur tinggi piramida dengan mengukur tinggi bayangan dengan
menggunakan tongkat, memprediksi gerhana matahari, menentukan setahun adalah
360 hari (sudah dikenal lama oleh bangsa Mesir) maupun jarak kapal di laut
dengan lewat cara proporsi/memadankan bentuk segitiga adalah catatan
“kehebatan” Thales. Gerhana matahari disebutkannya akan terjadi pada
tanggal 28 Mei atau 30 September pada tahun 609 SM. Catatan yang ada
menyebutkan bahwa gerhana matahari terjadi setiap kurun waktu 18 tahun 11 hari.
Ketepatan prediksi ini membuat namanya sangat terkenal dan diabadikan sebagai
salah satu dari tujuh orang bijak (sage) yang terdapat pada hikayat Yunani
Naluri
pedagang yang ada pada dirinya, dimana diketahui Thales “memeras” buah zaitun
(olive) untuk dijadikan minyak ketika panen melimpah dan akhirnya
memberikan keuntungan berlimpah, menjadi pedagang garam sama seperti
komentar tentang dirinya sebagai pengamat bintang, penentang hidup selibat
bahkan sebagai negarawan yang mempunyai visi jauh ke depan. Tulisan Thales
dalam bidang astronomi lebih dikenal daripada karyanya dalam bidang geometri.
Ketenaran
ini membuat dirinya mempunyai banyak murid. Anaximander, Anaximenes, Mamercus
dan Mandryatus adalah nama dari beberapa muridnya, namun yang sangat terkenal
adalah nama yang disebutkan pertama. Anaximander (611 – 545 SM), sukses
menggantikan posisi Thales di Miletus.
Sebuah
kisah
Thales
hidup dalam masa kerajaan yang saling serang untuk memperluas wilayahnya.
Keahlian Thales dalam bidang rekayasa diuji pada masa perang ini. Raja Croesus,
yang mengagumi Thales, ingin menyerang negara tetangga dan para prajurit harus
menyeberangi sungai Halys. Kerajaan Croesus diperkirakan ada di Mesopotamia
atau Mesir.
Belum
ada jembatan ponton pada masa itu dan tidak ada waktu membangun jembatan
permanen.Croesus menyuruh Thales sebagai seorang filsuf sekaligus matematikawan
untuk memecahkan problem ini. Di bawah pengarahan Thales dibuatlah kanal untuk
mengalihkan aliran sungai untuk sementara. Begitu para prajurit menyeberang dan
sukses merebut negara tetangga, kanar kembali ditutup dan aliran sungai kembali
seperti semula.
Namun
dalam perang tidak ada yang menang selamanya. Raja Cyrus dari Persia akhirnya
dapat menangkap dan menawan penerus kerajaan Croesus, Lydia, dalam sebuah
pertempuran. Bagaimana akhir atau keruntuhan kerajaan itu sendiri tidak
pernah diketahui.
Sebuah
Anekdot
Diperkirakan
Olimpiade mulai diselenggarakan pada tahun 776 SM, dimana ketika itu sastra
Yunani sedang berkembang pesat. Homer dan Hesoid, seperti diketahui, berkarya
pada masa-masa ini.
Dalam
suatu malam Thales terlalu asyik memandangi bintang-bintang di langit sambil
berjalan. Tidak menyadari bahwa di depan terdapat parit, Thales terjatuh ke
dalam parit.
Sumbangsih
Barangkali dapat disebut matematikawan pertama yang merumuskan theorema atau proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakkan oleh Thales, sebelum muncul Pythagoras yang membuat bilangan adalah sesuatu yang sakral, selain memanfaatkan imajinasi.
Barangkali dapat disebut matematikawan pertama yang merumuskan theorema atau proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakkan oleh Thales, sebelum muncul Pythagoras yang membuat bilangan adalah sesuatu yang sakral, selain memanfaatkan imajinasi.
Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang
dari Tahun 547-610 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales,
tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai seorang filosof ia lebih besar
daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ahli ilmu bumi. Ia konon adalah
orang pertama yang membuat peta.
Anaximandros
adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales pada
abad ke 6. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai
filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros
adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan
tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan
hingga kini.
Bidang Astronomi
Menurutnya, dunia kita
terletak di tengah- tengah alam semesta ini: berbentuk seperti silinder, di
sekitarnya ada lingkaran- lingkarang cincin (berwujud seperti selang) yang
penuh berisi api, dan selang- selang itu berlobang-lobang. Lewat lobang inilah
kita bisa melihat api di dalam cincin-cincin tersebut. Itu makanya,
bintang-bintang, bulan, matahari adalah “lobang lewat mana” kita bisa
mengetahui adanya cincin-cincin di langit itu. Yang terpenting dari sistem yang
diajukan Anaximandros ini adalah simetri yang ia ajukan: meskipun fenomen di
langit tampak tak beraturan, ia menemukan adanya keteraturan. Dan lebih dari
itu, simetri itu mengijinkan dirinya menyatakan bahwa dunia kita “tidak
bergerak”.
Anaximandros berpendapat
bahwa bumi kita tepat berada di tengah-tengah sehingga tidak ada satu alasanpun
untuk menjelaskan mengapa ia bergerak ke satu titik daripada titik lainnya.
Sama seperti seekor keledai yang berada di antara 2 gundukan jerami di arah
berlawanan dengan jarak yang sama, ia akan berhenti, dan mati kelaparan karena
tidak pernah memilih arah mana yang mau diambil.
Kematian keledai dan
immobilitas bumi kita diterangkan dengan sebuah prinsip yang sekarang kita
kenal sebagai prinsip kecukupan rasio (principe of sufficient reason) :
- Jika tidak ada alasan
bahwa X muncul (terjadi) daripada Y (jika tidak ada alasan aku mengambil jalan
lurus atau mengambil putaran di depan)
- Jika tidak mungkin
bahwa X dan Y muncul (terjadi) bersama-sama (jika tidak mungkin untuk berjalan
lurus dan berbelok sekaligus)
- Maka kesimpulannya:
baik X maupun Y tidak ada (maka aku tdk jalan lurus dan tidak berbelok, aku
diam!)
Prinsip abstrak ini yang
kemudian diterapkan Anaximandros kepada astronomi untuk mengatakan bahwa bumi
kita diam.
Asal Mula
Manusia
Anaximandros mengatakan
bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Orang
sering mengatakan bahwa Anaximandros menjadi pendahulu teori evolusi
spesies-spesies . Berhadapan dengan ragam kehidupan di dunia, ia mencoba
mencari dari mana asal-usul semuanya, dan terutama
dari mana manusia muncul. Barangkali, karena pengaruh gurunya, Thales,
yang mengusulkan physis air sebagai dasar kehidupan, ia lalu mengusulkan bahwa
asal-usul mereka adalah daerah lembab . Lalu bagaimana bisa muncul kuda,
kambing, yang semuanya tidak terlalu dekat hidupnya dengan hal-hal
lembab ? Maka dibuatlah spekulasi bahwa dulu-dulunya semua berasal dari
ikan atau semacam ikan yang dilindungi oleh cangkang. Tentang manusia ?
Manusia adalah satu-satunya binatang yang menyusui dalam periode lama untuk
akhirnya bisa makan sendiri. Jika demikian, maka manusia pertama pasti tidak
demikian, karena jika begitu ia akan cepat mati. Maka diusulkan bahwa manusia
pertama dikandung cukup lama dalam binantang semacam ikan, sampai kemudian
keluar darinya. Dan baru setelah itu ia bisa berkembang biak sendiri.
Physis Itu
Bernama Apeiron
Seperti juga gurunya,
Anaximandros mencari asal dari segalanya. Ia tidak menerima begitu saja apa
yang diajarkan gurunya. Yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu
satu, tidak banyak. Tetapi yang satu itu bukan air. Menurut pendapatnya, barang
asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada
henti- hentinya, sedangkan yang dijadikannya tidak berhingga banyaknya. Jika
benar kejadian itu tidak berhingga, seperti yang lahir kelihatan, maka yang
“asal” itu mestilah tidak berkeputusan.
Yang asal itu, yang
menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat
dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di
dunia ini. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan dengan panca indera
kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Segala yang tampak
dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Di
mana yang bermula dingin, di sana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh
yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan
dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkepunyaan?
Simplicius mengatakan bahwa
Anaximandros berbicara tentang proses menjadi dan hilangnya alam semesta.
Menurutnya, semua terjadi menurut tatatan waktunya : artinya,
secara teratur, segala hal yang muncul pada waktunya akan dibalas/ditebus.
Tanaman tumbuh dan berkembang dari tanah dengan mengambil unsur-unsur dari
dalam tanah. Pada waktunya, tanaman akan mati, membusuk dan materinya
dikembalikan lagi menjadi tanah. Saat tanaman tumbuh, ia melakukan
ketidakadilan kepada tanah karena ia menyerap unsur-unsurnya untuk
kehidupannya. Tanaman mencuri apa-apa yang diperlukannya dari
tanah. Namun, sekali tanaman itu mati dan membusuk, ia menebus (membalas)
ketidakadilan yang ia lakukan dengan menjadi unsur-unsur bagi tanah. Hujan
jatuh dari udara, lalu air hujan akan diuapkan oleh panas matahari, dan ia akan
kembali menjadi udara lagi. Hujan (air) mengambil substansi airnya dari udara,
ia mencurinya dari udara. Setelah jatuh, ia akan diuapkan
untuk menebus kembali udara. Semua kemunculan dan hilangnya
segala sesuatu terjadi menurut aturan yang sudah ditatankan dalam waktu.
Simplicius juga
berbicara tentang sebuah physis bernama ketakterbatasan (apeiron) sebagai
asal dan akhir segala sesuatu. Sama seperti Thales gurunya, Anaximandros juga
menemukan satu prinsip : ketakterbatasan. Apeiron ini tidak sama
dengan salah satu dari berbagai unsur yang menyusun dunia kita yang kelihatan
ini. Alasannya sederhana : karena semua materi yang kita kenal derajatnya
sejajar (air menjadi udara, udara menjadi air ; kayu menjadi tanah, tanah menjadi
kayu). Tak satu pun unsur dasariah dunia inderawi ini memiliki primasi
dibandingkan unsur lain sehingga tidak bisa dikatakan menjadi prinsip.
Prinsip itulah yang
memunculkan alam semesta ini berkat sebuah gerak abadi (mengapa
harus abadi gerakan ini ? ya karena gerakan inilah yang memunculkan
alam semesta, kalau gerakan ini digerakkan oleh sesuatu , artinya kita
harus mencari sesuatu yang menggerakkan itu, dan seterusnya
tanpa henti. Awal segala sesuatu akhirnya sulit diterangkan. Itu makanya,
dipostulatkan – dinyatakan – bahwa gerak ini abadi ).
Gerakan inilah yang
memunculkan semua langi-langit dan dunia-dunia yang ada di dalamnya”, dan
ia tidak pernah berhenti. Gerakan ini terus menerus memunculkan
sesuatu . Dan untuk bisa memunculkan itu, gerakan ini butuh sebuah
materi . Karena “materi” yang dibutuhkan akan digerakkan terus untuk
senantiasa memunculkan sesuatu, maka “materi” itu haruslah sesuatu yang “tak
bisa habis, tak terbatas”.
- Dari “materi dasar”
(prinsip) ini lalu muncul: langit-langit dan semua “elemen” yang ada di dunia.
Dari situ baru muncullah apa-apa yang kita kenali di dunia ini. Dan semua itu
masih dikendalikan oleh gerak abadi tersebut sehingga muncullah
sebah SIKLUS teratur kejadian-kejadian yang semuanya taat pada tatanan
waktu.
- Ini semua adalah
tafsir yang belum tentu benar (mengingat sekalilagi minimnya teks, dan
sumber yang kita gunakan adalah sumber-sumber yang jauh setelah
kehidupan Anaximandros sendiri).
Dipandang dari jurusan
ilmu sekarang, banyak yang janggal tampak pada keterangan Anaximandros tentang
kejadian alam. Tetapi ditilik dari jurusan masanya, dimana segala keterangan
berdasar pada takhayul dan cerita yang ganjil- ganjil, pendapatnya itu adalah
suatu buah pikiran yang sangat lanjut. Itu saja cukuplah untuk memandang dia
sebagai ahli pikir yang jenial (genial). Tetapi yang jadi perhatian benar bagi
orang kemudian ialah caranya menguraikan buah pikirnya. Ia mencari keterangan
dengan metode berfikir yang teratur. Masalah yang banyak seluk- beluknya
ditinjau dari satu jurusan pokok yang mudah.
Sebagai seorang murid
Thales, nampak bahwa anximandros merupakan murid yang otentik, bahkan lebih
cerdas dari gurunya. Ia tidak serta merta mengikuti apa yang gurunya berikan.
Jika Thales mengatakan bahwa Physis itu adalah air, maka dengan sangat
bijaksana Anaximandros membuat pernyataan bahwa Physis itu tidak mungkin yang
berhingga, melainkan harus yang tak berhingga, sehingga menimbulkan suatu
pendapat baru. Physis itu dinamakan Apeiron. Tetapi perlu diingat, walaupun
Anaximandros mengatakan bahwa physis itu adalah apeiron, namun ia tetap
menghargai dan mungkin saja terpengaruh oleh ajaran Thales dengan mengatakan
bahwa asal- usul makluk hidup atau spesies- spesies adalah dari daerah lembab.
Dan iapun mulai berspekulasi manakala terdapat pula hewan yang jauh dari
kelembaban, bukan dengan observasi yang ilmiah. Ia berspekulasi bahwa dulu-
dulunya semuanya itu berasal dari ikan atau seperti ikan yang dilindungi
cangkang. Bedanya dengan makhluk lain, manusia dikandung lebih lama dan setelah
bisa berkembang biak sendiri barulah manusia pertama itu keluar darinya.
Anaximandros juga merupakan filsuf pertama yang menanyakan dari mana manusia
itu muncul, bahkan ia sering dijuluki sebagai perintis pengikut teori
Darwinisme.
Pada bidang astronomi,
Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di langit tampak tak
beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat menyimpulkan
bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar, pendapatnya ini
merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan rasionalistik
untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional kohorensi
internal fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu melahirkan sebuah
prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip kecukupan rasio yang
masih relevan dipakai hingga saat ini.
BAB III
PENUTUP
Jadi pemikiran para filosof sangat berbeda-beda baik
antara Thales, dan Anaximenes adalah bahwa Thales menyatakan bahwa air
adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunaniarche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan
dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu
tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Pada
bidang astronomi, Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di
langit tampak tak beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat
menyimpulkan bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar,
pendapatnya ini merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan
rasionalistik untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional
kohorensi internal fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu
melahirkan sebuah prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip
kecukupan rasio yang masih relevan dipakai hingga saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org
Mufid,
M. Nur. 1993. Falsafatuna (Terjemahan dari Muh. Baqir Ash-Shadr).
Bandung:
Mizan
Pradja,
Juhaya S. 1987. Aliran-Aliran Filsafat. Bandung: CV Alva Gracia
Ssalam,
Burhanuddin. 1984. Pengantar Filsafat. Bandung: Multi Karya Ilmu
Zoeni,
M. Mochtar. 2001. Para Pencari Tuhan (Terjemahan dari syekh Nadim Al-
Jisr). Bandung:
Pustaka Hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar