Rabu, 10 Oktober 2012

makalah filsafat ilmu






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sebelum membahas pemikiran para filosof zaman dulu maka kita harus mengerti tentang pengertian filsafat dan filosof. Menurut bahasa berasal dari philosophia yang artinya cinta kebijaksanaan, Filsafat menurut istilah adalah sebuah pemikiran tentang mengenai masalah ketuhanan yang meliputi keberadaannya, ciptaannya serta kekuasaannya. Sedangkan filosof adalah orang yang berfilsafat. Dalam pemikirannya mereka lebih menonjolkan akal dan kerasionalan tentang ketuhanan. Sehingga banyak diantara mereka ragu terhadap tuhannya yang selama ini mereka sembah, golongan ini biasanya dianut oleh orang yang ilmu syari’ahnya sangat kurang dan sebetulnya orangateis itu tidak ada karena tidak percaya tuhan itu tidak mungkin, sebetulnya orang ateisitu hanya belum merasakan keberadaan tuhan bahkan kehidupannya hanya ada dalam pencarian tuhan yang hakiki. Dan dengan demikian ada  yang mendapat petunjuk dan ada juga yang tidak.
Salah satu tokoh filosofis terkenal adalah Awalnya, Thales adalah seorang pedagang, profesi yang membuatnya sering melakukan perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang ke Mesir dan Babilonia (pada maka pemerintahan Nebukadnesar), dalam waktu senggangnya, Thalesmempelajari astronomi dan geometri. Hal ini dipicu ketertarikannya bahwa dengan menggunakan ‘alat-alat’ tersebut, mereka dapat memprediksi gerhana matahari setiap tahunnya.
Thales (624-546), orang Miletus itu, digelar Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang: What is the nature of the world stuff? (Mayer, 1950:18) Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Tak pelak lagi, pertanyaan ini sangat mendasar. Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini telah mengangkat namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air . jawaban ini sebenarnya sangat sederhana, dan belum tuntas. Belum tuntas karena apa air itu? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta barang kali ia melihatnya sebagai salah satu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air (Mayer, 1950:18). Lihatlah, jawabannya amat sederhana, pertanyaan jauh lebih berbobot ketimbang jawabannya. Masih adakan orang yang beranggapan bahwa bertanya itu tidak penting? Thales menjadi filosof karena ia bertanya. Pertanyaan itu dijawabnya dengan menggunakan akal, bukan menggunaka agama atau kepercayaan lainnya. Alasannya karena air sangat penting bagi kehidupan. Disini akal mulai digunakan, lepas dari keyakinan.


Gambar Thales
Gambar Anaximandros
B.       Rumusan Masalah
1.    Jelaskan biografi, Thales dan Anaximenes?
2.    Bagaimana pemikir-pemikir para filosof  yunani kuno?
3.    Jelaskan pandangan tentang penciptaan alam semesta?

C.      Tujuan pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah adalah mamberi pengetahuan tentang cara berfikir manusia dalam setiap permasalahan yang menggunakan rasionalitas tentang keadaan sesuatu, agar sikap jiwa rasional tertanam dalam diri kita.






BAB II
PEMBAHASAN
A.      Filosof Thales
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang olehAristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometriastronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).
1.      Riwayat hidup
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar keMesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan diBabilonia sejak 747 SM.
Di dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.

2.      Pemikiran
a.      Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalambahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

b.       Pandangan tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi

c.       Teorema Thales
Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.  Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan akan sama. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Thales mengemukakan proposisi yang dikenal dengan theorema Thales, yaitu:
1.         Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter.
2.         Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kali adalah sama besar.
3.         Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.
4.         Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut yang terletak dihadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu dikatakan sama sebangun.
5.         Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak kapal.
Tidak ada catatan lebih jauh tentang prestasi Thales yang dapat disimak karena tidak ada bukti-bukti akurat. Bukti dicoba dicari lewat catatan dari para muridnya seperti: Aristoteles dan Eudemus dari Rhodes (± 320 SM), yang kurun waktunya relatif terlalu lama. Catatan Eudemus menyebutkan bahwa Thales adalah orang yang ‘mengubah geometri menjadi bentuk formal yang dapat dipelajari oleh semua orang’ karena mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan melakukan investigasi terhadap theorema-theorema dengan sudat pandang seorang intelektual. Thales berbicara tentang garis, lingkaran dan bentuk-bentuk lainnya dengan cara membayangkan (abstrak). Garis bukan hanya susutatu yang dapat digurat dan dilihat di atas pasir, tapi merupakan obyek yang terpeta pada imajinasi kita. Artinya secara abstrak bahwa suatu garis lurus atau lingkaran bulat berada dalam mental kita.
Matematikawan serba bisa
Aktivitas Thales lebih dikenal – dari berbagai sumber terpisah, sebagai matematikawan terapan. Mengukur tinggi piramida dengan mengukur tinggi bayangan dengan menggunakan tongkat, memprediksi gerhana matahari, menentukan setahun adalah 360 hari (sudah dikenal lama oleh bangsa Mesir) maupun jarak kapal di laut dengan lewat cara proporsi/memadankan bentuk segitiga adalah catatan “kehebatan” Thales. Gerhana matahari disebutkannya  akan terjadi pada tanggal 28 Mei atau 30 September pada tahun 609 SM. Catatan yang ada menyebutkan bahwa gerhana matahari terjadi setiap kurun waktu 18 tahun 11 hari. Ketepatan prediksi ini membuat namanya sangat terkenal dan diabadikan sebagai salah satu dari tujuh orang bijak (sage) yang terdapat pada hikayat Yunani
Naluri pedagang yang ada pada dirinya, dimana diketahui Thales “memeras” buah zaitun (olive) untuk dijadikan minyak ketika panen melimpah dan akhirnya memberikan  keuntungan berlimpah, menjadi pedagang garam sama seperti komentar tentang dirinya sebagai pengamat bintang, penentang hidup selibat bahkan sebagai negarawan yang mempunyai visi jauh ke depan. Tulisan Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal daripada karyanya dalam bidang geometri.
Ketenaran ini membuat dirinya mempunyai banyak murid. Anaximander, Anaximenes, Mamercus dan Mandryatus adalah nama dari beberapa muridnya, namun yang sangat terkenal adalah nama yang disebutkan pertama. Anaximander (611 – 545 SM), sukses menggantikan posisi Thales di Miletus.
Sebuah kisah 
Thales hidup dalam masa kerajaan yang saling serang untuk memperluas wilayahnya. Keahlian Thales dalam bidang rekayasa diuji pada masa perang ini. Raja Croesus, yang mengagumi Thales, ingin menyerang negara tetangga dan para prajurit harus menyeberangi sungai Halys. Kerajaan Croesus diperkirakan ada di Mesopotamia atau Mesir.
Belum ada jembatan ponton pada masa itu dan tidak ada waktu membangun jembatan permanen.Croesus menyuruh Thales sebagai seorang filsuf sekaligus matematikawan untuk memecahkan problem ini. Di bawah pengarahan Thales dibuatlah kanal untuk mengalihkan aliran sungai untuk sementara. Begitu para prajurit menyeberang dan sukses merebut negara tetangga, kanar kembali ditutup dan aliran sungai kembali seperti semula.
Namun dalam perang tidak ada yang menang selamanya. Raja Cyrus dari Persia akhirnya dapat menangkap dan menawan penerus kerajaan Croesus, Lydia, dalam sebuah pertempuran.  Bagaimana akhir atau keruntuhan kerajaan itu sendiri tidak pernah diketahui.
Sebuah Anekdot
Diperkirakan Olimpiade mulai diselenggarakan pada tahun 776 SM, dimana ketika itu sastra Yunani sedang berkembang pesat. Homer dan Hesoid, seperti diketahui, berkarya pada masa-masa ini.
Dalam suatu malam Thales terlalu asyik memandangi bintang-bintang di langit sambil berjalan. Tidak menyadari bahwa di depan terdapat parit, Thales terjatuh ke dalam parit.
Sumbangsih
Barangkali dapat disebut matematikawan pertama yang merumuskan theorema atau proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakkan oleh Thales, sebelum muncul Pythagoras yang membuat bilangan adalah sesuatu yang sakral, selain memanfaatkan imajinasi.

B.       Filosof Anaximandros
Anaximandros adalah murid Thales. Masa hidupnya disebut orang dari Tahun 547-610 sebelum Masehi. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai seorang filosof ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ahli ilmu bumi. Ia konon adalah orang pertama yang membuat peta.
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales pada abad ke 6. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
Bidang Astronomi
Menurutnya, dunia kita terletak di tengah- tengah alam semesta ini: berbentuk seperti silinder, di sekitarnya ada lingkaran- lingkarang cincin (berwujud seperti selang) yang penuh berisi api, dan selang- selang itu berlobang-lobang. Lewat lobang inilah kita bisa melihat api di dalam cincin-cincin tersebut. Itu makanya, bintang-bintang, bulan, matahari adalah “lobang lewat mana” kita bisa mengetahui adanya cincin-cincin di langit itu. Yang terpenting dari sistem yang diajukan Anaximandros ini adalah simetri yang ia ajukan: meskipun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia menemukan adanya keteraturan. Dan lebih dari itu, simetri itu mengijinkan dirinya menyatakan bahwa dunia kita “tidak bergerak”.
Anaximandros berpendapat bahwa bumi kita tepat berada di tengah-tengah sehingga tidak ada satu alasanpun untuk menjelaskan mengapa ia bergerak ke satu titik daripada titik lainnya. Sama seperti seekor keledai yang berada di antara 2 gundukan jerami di arah berlawanan dengan jarak yang sama, ia akan berhenti, dan mati kelaparan karena tidak pernah memilih arah mana yang mau diambil.
Kematian keledai dan immobilitas bumi kita diterangkan dengan sebuah prinsip yang sekarang kita kenal sebagai  prinsip kecukupan rasio (principe of sufficient reason) :
- Jika tidak ada alasan bahwa X muncul (terjadi) daripada Y (jika tidak ada alasan aku mengambil jalan lurus atau mengambil putaran di depan)
- Jika tidak mungkin bahwa X dan Y muncul (terjadi) bersama-sama (jika tidak mungkin untuk berjalan lurus dan berbelok sekaligus)
- Maka kesimpulannya: baik X maupun Y tidak ada (maka aku tdk jalan lurus dan tidak berbelok, aku diam!)
Prinsip abstrak ini yang kemudian diterapkan Anaximandros kepada astronomi untuk mengatakan bahwa bumi kita diam.
Asal Mula Manusia
Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Orang sering mengatakan bahwa Anaximandros menjadi pendahulu teori evolusi spesies-spesies . Berhadapan dengan ragam kehidupan di dunia, ia mencoba mencari dari mana asal-usul semuanya, dan terutama dari mana manusia muncul. Barangkali, karena pengaruh gurunya, Thales, yang mengusulkan physis air sebagai dasar kehidupan, ia lalu mengusulkan bahwa asal-usul mereka adalah  daerah lembab . Lalu bagaimana bisa muncul kuda, kambing, yang semuanya tidak terlalu dekat hidupnya dengan hal-hal lembab ? Maka dibuatlah spekulasi bahwa dulu-dulunya semua berasal dari ikan atau semacam ikan yang dilindungi oleh cangkang. Tentang manusia ? Manusia adalah satu-satunya binatang yang menyusui dalam periode lama untuk akhirnya bisa makan sendiri. Jika demikian, maka manusia pertama pasti tidak demikian, karena jika begitu ia akan cepat mati. Maka diusulkan bahwa manusia pertama dikandung cukup lama dalam binantang semacam ikan, sampai kemudian keluar darinya. Dan baru setelah itu ia bisa berkembang biak sendiri.
Physis Itu Bernama Apeiron
Seperti juga gurunya, Anaximandros mencari asal dari segalanya. Ia tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan gurunya. Yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Tetapi yang satu itu bukan air. Menurut pendapatnya, barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Ia bekerja selalu dengan tiada henti- hentinya, sedangkan yang dijadikannya tidak berhingga banyaknya. Jika benar kejadian itu tidak berhingga, seperti yang lahir kelihatan, maka yang “asal” itu mestilah tidak berkeputusan.
Yang asal itu, yang menjadi dasar alam dinamai oleh anaximandros “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan dengan panca indera kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Di mana yang bermula dingin, di sana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkepunyaan?
Simplicius mengatakan bahwa Anaximandros berbicara tentang proses menjadi dan hilangnya alam semesta. Menurutnya, semua terjadi  menurut tatatan waktunya  : artinya, secara teratur, segala hal yang muncul pada waktunya akan dibalas/ditebus. Tanaman tumbuh dan berkembang dari tanah dengan mengambil unsur-unsur dari dalam tanah. Pada waktunya, tanaman akan mati, membusuk dan materinya dikembalikan lagi menjadi tanah. Saat tanaman tumbuh, ia melakukan ketidakadilan kepada tanah karena ia menyerap unsur-unsurnya untuk kehidupannya. Tanaman  mencuri  apa-apa yang diperlukannya dari tanah. Namun, sekali tanaman itu mati dan membusuk, ia menebus (membalas) ketidakadilan yang ia lakukan dengan menjadi unsur-unsur bagi tanah. Hujan jatuh dari udara, lalu air hujan akan diuapkan oleh panas matahari, dan ia akan kembali menjadi udara lagi. Hujan (air) mengambil substansi airnya dari udara, ia  mencurinya dari udara. Setelah jatuh, ia akan diuapkan untuk  menebus kembali  udara. Semua kemunculan dan hilangnya segala sesuatu terjadi menurut aturan yang sudah ditatankan dalam waktu.
Simplicius juga berbicara tentang sebuah physis  bernama ketakterbatasan (apeiron) sebagai asal dan akhir segala sesuatu. Sama seperti Thales gurunya, Anaximandros juga menemukan satu prinsip  : ketakterbatasan. Apeiron ini tidak sama dengan salah satu dari berbagai unsur yang menyusun dunia kita yang kelihatan ini. Alasannya sederhana : karena semua materi yang kita kenal derajatnya sejajar (air menjadi udara, udara menjadi air ; kayu menjadi tanah, tanah menjadi kayu). Tak satu pun unsur dasariah dunia inderawi ini memiliki primasi dibandingkan unsur lain sehingga tidak bisa dikatakan menjadi  prinsip.
Prinsip itulah yang memunculkan alam semesta ini berkat sebuah  gerak abadi  (mengapa harus abadi  gerakan ini ? ya karena gerakan inilah yang memunculkan alam semesta, kalau gerakan ini digerakkan oleh sesuatu , artinya kita harus mencari  sesuatu  yang menggerakkan itu, dan seterusnya tanpa henti. Awal segala sesuatu akhirnya sulit diterangkan. Itu makanya, dipostulatkan – dinyatakan – bahwa gerak ini  abadi ).
Gerakan inilah yang memunculkan  semua langi-langit dan dunia-dunia yang ada di dalamnya”, dan ia tidak pernah berhenti. Gerakan ini terus menerus  memunculkan sesuatu . Dan untuk bisa memunculkan itu, gerakan ini butuh sebuah materi . Karena “materi” yang dibutuhkan akan digerakkan terus untuk senantiasa memunculkan sesuatu, maka “materi” itu haruslah sesuatu yang “tak bisa habis, tak terbatas”.
- Dari “materi dasar” (prinsip) ini lalu muncul: langit-langit dan semua “elemen” yang ada di dunia. Dari situ baru muncullah apa-apa yang kita kenali di dunia ini. Dan semua itu masih dikendalikan oleh gerak abadi tersebut sehingga muncullah  sebah SIKLUS teratur kejadian-kejadian yang semuanya taat pada tatanan waktu.
- Ini semua adalah tafsir  yang belum tentu benar (mengingat sekalilagi minimnya teks, dan sumber yang kita gunakan adalah sumber-sumber yang  jauh  setelah kehidupan Anaximandros sendiri).

Dipandang dari jurusan ilmu sekarang, banyak yang janggal tampak pada keterangan Anaximandros tentang kejadian alam. Tetapi ditilik dari jurusan masanya, dimana segala keterangan berdasar pada takhayul dan cerita yang ganjil- ganjil, pendapatnya itu adalah suatu buah pikiran yang sangat lanjut. Itu saja cukuplah untuk memandang dia sebagai ahli pikir yang jenial (genial). Tetapi yang jadi perhatian benar bagi orang kemudian ialah caranya menguraikan buah pikirnya. Ia mencari keterangan dengan metode berfikir yang teratur. Masalah yang banyak seluk- beluknya ditinjau dari satu jurusan pokok yang mudah.
Sebagai seorang murid Thales, nampak bahwa anximandros merupakan murid yang otentik, bahkan lebih cerdas dari gurunya. Ia tidak serta merta mengikuti apa yang gurunya berikan. Jika Thales mengatakan bahwa Physis itu adalah air, maka dengan sangat bijaksana Anaximandros membuat pernyataan bahwa Physis itu tidak mungkin yang berhingga, melainkan harus yang tak berhingga, sehingga menimbulkan suatu pendapat baru. Physis itu dinamakan Apeiron. Tetapi perlu diingat, walaupun Anaximandros mengatakan bahwa physis itu adalah apeiron, namun ia tetap menghargai dan mungkin saja terpengaruh oleh ajaran Thales dengan mengatakan bahwa asal- usul makluk hidup atau spesies- spesies adalah dari daerah lembab. Dan iapun mulai berspekulasi manakala terdapat pula hewan yang jauh dari kelembaban, bukan dengan observasi yang ilmiah. Ia berspekulasi bahwa dulu- dulunya semuanya itu berasal dari ikan atau seperti ikan yang dilindungi cangkang. Bedanya dengan makhluk lain, manusia dikandung lebih lama dan setelah bisa berkembang biak sendiri barulah manusia pertama itu keluar darinya. Anaximandros juga merupakan filsuf pertama yang menanyakan dari mana manusia itu muncul, bahkan ia sering dijuluki sebagai perintis pengikut teori Darwinisme.
Pada bidang astronomi, Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar, pendapatnya ini merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan rasionalistik untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional kohorensi internal fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu melahirkan sebuah prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip kecukupan rasio yang masih relevan dipakai hingga saat ini.



BAB III
PENUTUP

Jadi pemikiran para filosof sangat berbeda-beda baik antara Thales, dan Anaximenes adalah bahwa Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunaniarche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Pada bidang astronomi, Anaximandros menjelaskan simetrinya: walaupun fenomen di langit tampak tak beraturan, ia mengatakan adanya keteraturan sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa bumi kita diam. Walau tidak secara tepat dan benar, pendapatnya ini merupakan suatu gagasan yang disertai dengan sikap ilmiah dan rasionalistik untuk mencari asal-usul segala sesuatu lewat pengamatan rasional kohorensi internal fenomena itu sendiri, bahkan dengan gagasannya itu melahirkan sebuah prinsip yang sampai sekarang dikenal dengan nama prinsip kecukupan rasio yang masih relevan dipakai hingga saat ini.







DAFTAR PUSTAKA
                    
http://id.wikipedia.org
Mufid, M. Nur. 1993. Falsafatuna (Terjemahan dari Muh. Baqir Ash-Shadr).
Bandung: Mizan
Pradja, Juhaya S. 1987. Aliran-Aliran Filsafat. Bandung: CV Alva Gracia
Ssalam, Burhanuddin. 1984. Pengantar Filsafat. Bandung: Multi Karya Ilmu
Zoeni, M. Mochtar. 2001. Para Pencari Tuhan (Terjemahan dari syekh Nadim Al-
Jisr). Bandung: Pustaka Hidayah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar